Monday, July 8, 2013

Pakai Comic Sans Ah, di CV Saya

Buat banyak orang, font Comic Sans itu lucu. Saking lucunya, font ini suka dipakai orang untuk urusan macam-macam. Tapi gimana kalau buat CV? Hmm, nggak pantes ya.

Saya orangnya cuek untuk urusan font. Mungkin karena saat itu nggak ngerti tiap font punya kesan yang beda. Tapi sumpah, saya nggak pernah pakai Comic Sans untuk CV. (Nggak ada yang larang sih, tapi pilih-pilih juga CV-nya nanti untuk keperluan apa).

Karena penasaran, saya googling deh. Saya mau cari jenis-jenis font dan fungsinya. Sebenarnya alasan saya googling tentang font adalah untuk renovasi blog saya ini. Tapi, berhubung ini informasi berguna saya mau bagi di blog saya sekalian.

Klik untuk baca lebih banyak.




Smashing Magazine membagi font menjadi lima grup untuk mempermudah kita mengenali grupnya dari mana aja. Sebetulnya grup font atau keluarga font lebih dari itu. Tapi saya setuju dengan SM untuk membagi mereka jadi lima kelompok umum:

Screenshot






Geometric sans: menekankan desain geometri yang ketat dalam penulisan fontnya. Setiap garis punya aturan yang tegas seperti apa itu harus ditulis. Geometric kesannya jelas, objektif, universal, namun dingin, tidak personal dan boring. Contohnya Helvetica, Univers, Futura, Avant Garde, Akzidenz Grotesk, Franklin Gothic, Gotham.


Screenshot

Humanist sans: inspirasinya dari tulisan tangan, bersih dan modern serta masih punya human look. Grup ini kesannya humanis, modern, jelas, berempati, namun lembek, palsu, dan nggak jujur. Contohnya Gill Sans, Frutiger, Myriad, Optima, dan Verdana.

Screenshot

Old Style sans: grup yang paling tua. Perbedaan garis tebal dan tipis sangat tegas. Grup ini kesannya klasik dan tradisional. Contohnya Jenson, Bembo, Palatino, dan Garamond.

Screenshot Screenshot

Transitional dan Modern: hasil eksperimen untuk membuat font yang lebih geometris, tajam, virtuosic. Transitional dan modern kesannya kuat, stylish, dinamis namun karena terlalu bertransisi, kesan yang dimunculkan campur aduk; tidak klasik dan juga tidak modern. Contoh transitional adalah Times New Roman dan Baskerville. Sedangkan modern adalah Bodoni dan Didot.

Screenshot

Slab Seriff: di tiap garis biasanya diakhiri sama sepatu. Slab Seriff berkesan punya asosiasi sangat spesifik, namun juga sangat kontradiktif. Satu waktu kesannya A, kemudian di lain waktu kesannya bisa B. Contoh fontnya adalah Clarendon, Rockwell, Courier, Lubalin Graph, dan Archer.


Nah itu kira-kira pembagian grup font untuk mempermudah kita mengenali jenis font. Dengan begitu, kita bisa tahu ketika sedang lihat font, dia kira-kira masuk ke grup apa (meskipun nggak tahu namanya).

Tapi kita jangan terlalu berpatokan sama aturan-aturan ini. Terkadang untuk mendapatkan hasil tertentu kita justru harus mendobrak aturan yang ada. Jadi terserah kamu mau memakainya seperti apa, mencampuradukkan font yang mana saja, dan menggunakannya untuk keperluan apa. Ruang eksperimen terbuka lebar.

Sumber:

No comments:

Post a Comment