Thursday, September 23, 2010

Teknologi dan Budaya

Teknologi ada dalam setiap inci kehidupan kita. Perkembangan manusia hingga sejauh ini tidak bisa lepas darinya. Perkembangan sekecil apapun dari peradaban manusia meninggalkan teknologi dalam taraf tertentu.

Teknologi sendiri memiliki pengertian yang luas dan beragam. Teknologi dapat menjadi representasi perkembangan peradaban manusia. Teknologi adalah alat bantu bagi manusia untuk mengerjakan tugas-tugas yang tidak mungkin dikerjakan hanya dengan tenaga manusia saja. Teknologi dapat membantu mempermudah pekerjaan sehari-hari. Teknologi juga mampu menghancurkan peradaban manusia dan menyebabkan pertumpahan darah. Pertanyaannya: jika teknologi dipakai untuk berbuat jahat, apa teknologinya yang salah?


Pacey (2000) mengatakan dalam bukunya bahwa teknologi diperdebatkan sebagai sesuatu yang amoral. Teknologi tidak terlibat secara kultural, politis, sosial, dan ekonomi. Maka dari itu, jika pada perkembangannya teknologi dapat mengancam jiwa manusia, atau lebih parah lagi, mengancam peradaban, teknologi tidak dapat dipersalahkan. Justru yang harus dipersalahkan adalah orang-orang yang menggunakan teknologi dan memiliki akses terhadapnya, seperti: pemerintah, militer, hingga industri.

Teknologi yang murni tidak terikat nilai, norma, politik, ekonomi, dan sosial. Tapi pada penerapan teknologi, sulit untuk menerapkan pendapat seperti itu. Adanya perkembangan teknologi sendiri menandakan kebutuhan manusia yang terus berkembang dan ingin dipenuhi. Kebutuhan tersebut bisa disebut sebagai aspek sosial. Teknologi tertentu juga dikembangkan terkait dengan kondisi politik suatu negara. sebagai contoh, Blok Barat dan Timur yang saling berlomba dalam hal teknologi selama perang dingin berupaya mengembangkan teknologi secanggih-canggihnya agar mampu menyaingi lawan.

Pada perdebatan selanjutnya, apakah teknologi benar-benar netral, tidak terikat pada kepentingan apapun? Jika hanya membahas masalah teknis seperti mesin atau sistem kerja saja, masih pantas dikatakan jika teknologi itu netral. Namun jika membicarakan teknologi dengan orang-orang di sekitarnya, teknologi bisa berubah menjadi tidak netral. Teknologi dapat menjadi simbol bagi status sosial tertentu, alat politik, alat untuk bertahan hidup, dan sesuatu yang identik dengan sebuah kebudayaan.

Sebagai contoh, sebuah telepon genggam adalah buah dari perkembangan teknologi. Prinsip utamanya adalah untuk mempermudah komunikasi jarak jauh di mana saja. Prinsip utama dan cara kerja telepon genggam yang menggunakan sinyal masih menjadi aspek ketika teknologi dapat disebut netral. Namun, ketika telepon genggam tersebut memiliki merek tertentu dengan harga yang tidak semua orang bisa membelinya, ada aspek tambahan yang membuat telepon genggam bukan lagi teknologi yang netral. Ini akibat dari hanya orang-orang tertentu saja yang bisa membeli telepon genggam tersebut. Otomatis telepon genggam menjadi simbol status ekonomi.

Teknologi bisa berkembang tanpa batas. Pada dasarnya teknologi memiliki kemampuan untuk terus tumbuh menjadi semakin kompleks demi mempermudah hidup manusia. Meskipun suatu teknologi berkembang dengan membutuhkan waktu lama, tetap ada kemajuan yang konstan yang hasilnya dapat terlihat sedikit demi sedikit. Sebagai contoh, manusia awalnya hanya dapat bertahan hidup dengan mengumpulkan bahan makanan yang ada di sekitar mereka (food gathering). Maka mereka hidup nomaden/berpindah-pindah untuk mencari sumber makanan baru karena sumber makanan di lingkungan saat ini telah habis dipakai. Tekanan atas kebutuhan memenuhi kebutuhan tanpa tergantung dengan apa yang ada di lingkungan mendorong manusia pada jaman tersebut untuk belajar bercocok tanam. Untuk bercocok tanam, dibutuhkan pengetahuan tertentu yang dipelajari dengan mencontoh dari alam. Agar dapat mempraktekkannya, manusia yang ingin bercocok tanam harus mempersiapkan dirinya dan lingkungan. Dibuatlah alat-alat pertanian untuk menunjang kegiatan bercocok tanam pada masa tersebut. Pada titik ini, peradaban manusia telah sampai pada titik terciptanya teknologi untuk bercocok tanam.

Pada tahun 1769 di Inggris, terjadi revolusi industri yang membawa dampak besar bagi perekonomian. Revolusi industri ditandai dengan kemunculan mesin pemintal hasil temuan Richard Arkwright dan mesin uap hasil temuan James Watt. Pada masa ini berdiri pabrik-pabrik yang memanfaatkan mesin-mesin tersebut. Masyarakat berbondong-bondong menjadi karyawan pabrik. Terbentuknya pabrik-pabrik dapat menjadi bukti bahwa teknologi mendorong terbentuknya organisasi kerja (organization of work), yaitu pabrik yang dimiliki pemodal. Pabrik-pabrik yang memakai mesin pemintal dapat membuat lebih banyak produk dan lebih cepat. Manusia berfungsi sebagai operator bagi mesin-mesin tersebut. Sebelumnya, para karyawan mengerjakan pemintalan di rumah masing-masing. Kemudian pemodal memiliki ide untuk mengumpulkan para karyawan di suatu tempat dan kemudian diawasi. Ini bertujuan untuk menjaga kualitas bahan dan produk, menerapkan jam kerja yang lebih panjang dan lebih cepat dalam memproduksi. Di sini pula terjadi pembagian tugas untuk tiap karyawan (division of labor).

Praktek division of labor telah berkembang ke berbagai aspek. Adanya komputer memberi andil sangat besar dewasa ini. Komputer mampu mengerjakan hal-hal yang dikerjakan manusia dengan lebih baik, misalnya membuat desain dapat lebih detail dengan bantuan komputer. Bahkan pekerjaan yang sepertinya hanya mampu dikerjakan oleh profesional dapat dikerjakan pula oleh orang awam karena kemudahan interface komputer yang user-fiendly.

Meskipun perkembangan teknologi sangat hebat, namun manusianya sendiri belum tentu dapat mengimbangi teknologi. Oleh karena itu, ada istilah halfway technology, yaitu muncul cara untuk menangani masalah yang kurang dimengerti. Istilah ini juga berarti usaha untuk menghindari masalah akibat pengetahuan terhadap teknologi yang setengah-setengah. Maka teknologi harus dipelajari sepenuhnya.

Masalah-masalah yang terjadi di dalam peradaban manusia seringkali diatasi menggunakan teknologi. Tekanan untuk itu umumnya datang dari tekanan politik, industri, nilai personal dan budaya profesional. Sebagai contoh, pembasmian wabah malaria pada tahun 1950an gagal karena hanya menerapkan satu solusi, yaitu menyemprot insektisida. Kebutuhan menekan wabah malaria membuat manusia berpikir dan menerapkan banyak strategi, tidak hanya satu. Selain menyemprot insektisida, manusia juga melakukan penanganan medis untuk nyamuk malaria. Bahkan di Sri Lanka tahun 1982-85, sebuah program mengarahkan masyarakat agar melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengatasi wabah malaria.

Teknologi telah membagi manusia menjadi dua golongan besar: golongan pengguna dan golongan ahli. Golongan pengguna adalah orang-orang yang memanfaatkan teknologi untuk kehidupan sehari-hari. Golongan ahli adalah orang yang mempelajari teknologi, memahaminya, mengembangkannya, dan tak lupa menggunakannya. Antara kedua golongan ini terdapat kesenjangan yang terlihat secara nyata. Budaya para pengguna adalah menggunakan teknologi untuk kebutuhan sehari-hari, maka mereka menghindari kerumitan pengoperasian serta bahasa-bahasa teknis yangsulit dimengerti. Sedangkan budaya para ahli umumnya menggunakan bahasa teknis dan kemampuan khusus dalam interaksinya dengan teknologi. Ketika dua golongan ini bertemu, terjadi kesulitan untuk berkomunikasi karena penggunaan bahasa yang berbeda. Sebagai contoh, seorang dokter harus memberitahu pasiennya bahwa dia punya penyakit tertentu dengan mengatakannya dalam bahasa sehari-hari, bukan bahasa teknis. Jika dua dokter bertemu dan bercakap-cakap, penggunaan bahasa teknis baru dimungkinkan karena keduanya sama-sama memahaminya. Yang menjadi masalah saat ini adalah bagaimana bisa menjembatani perbedaan kebudayaan pengguna dan ahli yang menyebabkan kesulitan berkomunikasi.

Dari pemaparan di atas, kita dapat melihat bahwa teknologi telah hadir sejak awal peradaban manusia dan terus mendampingi hingga sekarang. Teknologi berperan besar dalam perubahan-perubahan yang ada di dalam masyarakat, baik ekonomi, politik, budaya, kesehatan,dan lain-lain. Jika digunakan dengan baik, teknologi membawa kemaslahatan bagi umat manusia. namun, tidak jarang teknologi disalahgunakan atau dimanipulasi oleh golongan tertentu demi kepentingannya. Maka, sebagai warga dunia yang baik, kita sebaiknya menggunakan teknologi untuk kebaikan umat manusia dan mempelajarinya dengan benar agar tidak terjadi pemahaman yang setengah-setengah terhadap teknologi.

Sumber: Pacey, Arnold (2000). The Culture of Technology. Cambridge, MA: The MIT Press chapter 1-3

No comments:

Post a Comment